Sejumlah pengamat politik mulai menyoroti arah politik Presiden Joko Widodo menjelang berakhirnya masa jabatan. Salah satu pakar politik, yang aktif mengamati dinamika partai-partai nasional, menyebut Partai Solidaritas Indonesia (PSI) sebagai “pelabuhan politik terakhir” Jokowi. Pernyataan ini muncul setelah PSI menunjukkan kedekatan intens dengan Presiden, baik secara simbolik maupun dalam sejumlah kegiatan publik.
Pakar tersebut menjelaskan bahwa Jokowi tampaknya mulai mengonsolidasikan kekuatan politiknya melalui partai yang lebih fleksibel dan berani tampil berbeda. PSI, menurutnya, menawarkan ruang gerak yang lebih bebas bagi Jokowi untuk menyalurkan pengaruh politik pasca-presidensi. Langkah ini dinilai logis, apalagi mengingat putranya, Kaesang Pangarep, kini menjabat sebagai ketua umum PSI.
Tak hanya itu, pakar tersebut memprediksi PSI akan bergerak lebih agresif dalam merekrut tokoh-tokoh dari partai besar lainnya. Ia menilai, dengan daya tarik figur Jokowi yang masih kuat di tengah masyarakat, PSI berpotensi menjadi kendaraan alternatif bagi politisi yang ingin tetap relevan di era pasca-Jokowi. “Mereka bisa memanfaatkan momentum ini untuk menarik simpati publik sekaligus membentuk barisan kekuatan baru,” ujarnya.
Langkah ini tentu tidak luput dari perhatian partai-partai mapan. Beberapa mungkin melihatnya sebagai ancaman, sementara yang lain bisa saja justru membuka peluang koalisi baru.
Jika prediksi ini benar, maka peta politik Indonesia bisa mengalami pergeseran signifikan. PSI, yang dulu dianggap slot deposit qris 5000 partai kecil dengan segmen anak muda, bisa berubah menjadi poros baru kekuatan politik nasional—dengan Jokowi sebagai magnet utamanya.