Deretan Kebijakan dan Pernyataan Kontroversial Donald Trump Usai Dilantik

Donald J. Trump resmi dilantik sebagai Presiden ke-45 Amerika Serikat pada 20 Januari 2017. Kemenangannya TRISULA88 ALTERNATIF yang mengejutkan atas Hillary Clinton tidak hanya menandai pergeseran tajam dalam politik Amerika, tetapi juga membuka jalan bagi serangkaian kebijakan dan pernyataan kontroversial yang mendominasi pemberitaan global selama masa jabatannya. Sejak hari pertama di Gedung Putih, Trump menunjukkan gaya kepemimpinan yang tidak konvensional dan penuh gejolak. Berikut ini adalah deretan kebijakan dan pernyataan kontroversial yang menjadi sorotan pasca pelantikannya.

1. Larangan Imigrasi dari Negara Muslim

Salah satu tindakan paling kontroversial yang dilakukan Trump hanya beberapa hari setelah dilantik adalah menandatangani perintah eksekutif yang dikenal sebagai “Muslim Ban”. Kebijakan ini melarang warga dari tujuh negara mayoritas Muslim (Iran, Irak, Libya, Somalia, Sudan, Suriah, dan Yaman) untuk masuk ke Amerika Serikat.

Kebijakan ini menuai kecaman luas dari komunitas internasional, aktivis hak asasi manusia, serta tokoh-tokoh dalam negeri. Bandara di seluruh AS dipenuhi aksi protes, dan berbagai organisasi hukum menggugat kebijakan tersebut, yang pada akhirnya mengalami beberapa revisi dan pertarungan hukum panjang hingga mencapai Mahkamah Agung.

2. Penarikan dari Perjanjian Paris

Pada bulan Juni 2017, Trump mengumumkan bahwa Amerika Serikat akan menarik diri dari Perjanjian Paris, sebuah kesepakatan global untuk mengatasi perubahan iklim. Alasan utama Trump adalah bahwa perjanjian tersebut merugikan ekonomi Amerika dan menghambat industri energi.

Langkah ini dikritik oleh banyak pemimpin dunia dan dianggap sebagai kemunduran besar dalam upaya global menghadapi krisis iklim. Trump menegaskan bahwa ia dipilih untuk “mewakili warga Pittsburgh, bukan Paris,” dalam menjustifikasi keputusannya, meskipun banyak warga Pittsburgh sendiri menolak narasi tersebut.

3. Pernyataan soal “Media Musuh Rakyat”

Trump juga terkenal karena konfrontasinya dengan media arus utama. Ia sering menyebut media seperti CNN, The New York Times, dan Washington Post sebagai “fake news” dan bahkan pernah menyatakan bahwa media adalah “musuh rakyat Amerika”.

Pernyataan ini memicu kekhawatiran serius soal kebebasan pers di Amerika Serikat, sebuah pilar penting dalam sistem demokrasi. Banyak jurnalis dan organisasi hak asasi manusia mengecam retorika ini sebagai upaya untuk mendeligitimasi kritik dan mengendalikan narasi publik.

4. Kebijakan Pemisahan Keluarga di Perbatasan

Dalam kebijakan imigrasi yang disebut “zero tolerance”, pemerintahan Trump memisahkan anak-anak dari orang tua mereka yang melintasi perbatasan secara ilegal, terutama dari Meksiko dan Amerika Tengah. Anak-anak tersebut ditempatkan di fasilitas penahanan terpisah, yang sering kali menyerupai kandang dengan pagar kawat.

Kebijakan ini menimbulkan kemarahan luas, termasuk dari kalangan partai Republik sendiri. Gambar dan rekaman anak-anak yang menangis di pusat penahanan menjadi simbol dari kekejaman kebijakan tersebut. Setelah tekanan publik yang masif, Trump akhirnya menandatangani perintah untuk menghentikan praktik tersebut, tetapi dampaknya masih dirasakan hingga bertahun-tahun kemudian.

5. Pernyataan Rasis dan Seksis

Trump beberapa kali membuat pernyataan yang dianggap rasis atau seksis. Misalnya, dalam sebuah pertemuan tertutup, ia dilaporkan menyebut negara-negara Afrika dan Haiti sebagai “shithole countries”, yang memicu kecaman internasional. Ia juga pernah berseteru dengan sejumlah anggota Kongres perempuan kulit berwarna dan menyuruh mereka untuk “kembali ke negara asal mereka,” meskipun sebagian besar dari mereka lahir di Amerika Serikat.

6. Pendekatan terhadap Isu Rasisme dan Demonstrasi

Selama masa jabatannya, Trump kerap dikritik karena tanggapannya yang lemah terhadap isu rasisme. Salah satu momen paling kontroversial adalah saat demonstrasi supremasi kulit putih di Charlottesville pada 2017, di mana Trump menyatakan bahwa ada “orang baik di kedua sisi” — sebuah pernyataan yang dianggap menyamakan kelompok neo-Nazi dengan demonstran antirasis.

Pernyataan ini memperdalam polarisasi di Amerika dan membuat banyak pihak mempertanyakan komitmen Trump terhadap nilai-nilai kesetaraan dan keadilan sosial.

Kesimpulan

Donald Trump, sejak awal pemerintahannya, telah menjadi sosok yang membelah opini publik. Bagi sebagian orang, ia adalah pembaharu yang berani menantang status quo. Namun bagi banyak lainnya, ia adalah ancaman terhadap nilai-nilai demokrasi dan hak asasi manusia. Kebijakan dan pernyataan kontroversialnya menciptakan ketegangan politik, sosial, dan diplomatik yang terasa tidak hanya di dalam negeri, tetapi juga di panggung dunia.

By admin